Widget HTML Atas


Asal-Usul Nama Payaman, Palirangan dan Bango

Oleh: A. Zahri Orla
====================================

IHTITAM

Sering kita dengar suatu desa punya cerita atau legenda asal usulnya, demikian pula Desa Payaman, Solokuro, Lamongan. Asal-usul Desa Payaman yang pernah ditulis orang selalu dikaitkan dengan Bumi Sakera (Madura). Setidaknya ada dua versi yang hampir mirip, serupa tapi tak sama. Sama asalnya beda tokohnya.

Versi pertama. Ada seorang ulama dari Batu Ampar Madura bernama Yaman diutus gurunya, Syekh Syamsudin untuk mengembara ke Jawa dengan naik perahu Jaten. Singkat cerita perahunya tenggelam dan ditolong ikan sampai mendarat di Tajung Kodok, lalu berjalan menuju Selatan sampai di Tlogo Plosa dan menetap disitu, kemudiaan tempat itu dikenal dengan tempat Pak Yaman, menjadi Payaman.

Versi kedua. Zaman Majapahit Adipati Madura, Arya Wiraraja menyeru rakyat Madura menyebar ke Jawa mencari tanah yang subur, terutama Jawa Timur. Berangkatlah orang-orang Madura ke tanah Jawa. Sebagian ke arah Timur mulai Surabaya hingga Banyuwangi, lainnya ke Barat Gresik, Lamongan hingga Tuban.

Salah satu rombongan yang dipimpin Aryo Bumi ditemani istri dengan dua orang pembantunya sampai di kawasan hutan bambu dan pohon-pohon besar, lalu tinggal di tempat itu. Suatu saat Aryo Bumi melihat istrinya di luar rumah sambil menikmati sejuknya angin pagi dan berkata “Pak Nyaman”. Dari kejadian itulah Aryo Bumi mendapat ide untuk memberi nama tempat itu dengan “Pakyaman” atau “Payaman”.

Dongeng atau legenda lazimnya ditulis dengan rumus “ otak atik mathuk”. Cerita yang diungkapkan dihubungkan dengan fakta kekinian atau penemuan sejarah berdasarkan penelitian ilmiyah. Jika dongeng asal usul suatu tempat tidak nyambung dengan kondisi sekarang menjadi lucu dan hambar.

Bagaimana mungkin masyarakat Payaman yang tidak bisa bahasa Madura, tidak mengenal kuliner Madura, pakaian Madura, arsitek rumah Madura atau adat-istiadat/budaya Madura memiliki nenek moyang dari Madura. Padahal orang Madura dimanapun berada selalu memegang adat-istiadatnya.

Dongeng asal-usul nama tempat yang terletak di wilayah Surabaya ke Timur sampai Banyuwangi wajar kalau dikaitkan dengan Madura, karena wilayah Tapal Kuda itu memang sebagian besar dihuni orang yang budaya dan adat-istiadat sama dengan orang di Pulau Madura. Kalau untuk wilayah Gresik, Lamongan dan Tuban yang tidak maching bro. Tapi harap maklum karena yang menulis dongeng bukan orang Payaman asli.

Berikut ini saya kisahkan asal usul Payaman, Palirangan dan Bango yang memiliki nilai-nilai edukatif, setidaknya untuk dongeng ibu-ibu saat menidurkan anak mereka..

1. Garis Keturunan Lurah Diyaman

Konon, zaman dahulu, sekitar Tahun 1645 di sebuah tempat bernama Tlogoploso hidup seorang lurah sekaligus juragan, benama Diyaman. Beliau lurah terkaya di seantoro Kadipaten Lamongan. Usaha beliau beragam, meliputi perdagangan, pertanian, dan peternakan. Perdagangan yang beliau geluti berupa jual beli hasil bumi: beras, polowijo, buah-buahan, kelapa dll. Sawah dan ladangnya amat luas, hewan ternaknya (rojo koyo) amat banyak, ada sapi, kerbau, kambing, bahkan kelinci. Lurah Diyaman sehari-hari dipanggil Pak Yaman, beliau seorang lurah yang arif bijaksana, adil dan toleran. Di masa kepemimpinanya rakyat hidup aman, tentram dan makmur, gemah ripah loh jinawe toto tentrem karto raharjo.

Ada riwayat menyebutkan bahwa Lurah Diyaman masih ada darah keturanan dari Panji Laras, saudara kembar Panji Liris, anak dari Inu Kertapati dan Galuh Candra Kirana. Inu Kertapati adalah Adipati Kadipaten Lamongan yang gagah perkasa dan berwibawa serta disegani di wilayah pesisir Utara kerjaan Majapahit yang mulai redup.

Pada saat itu, senja kala melanda bumi Majapahit. Perang saudara mengakibatkan Majapahit menjadi sebuah kerajaan yang pesakitan dan tidak punya wibawa lagi di negeri-negeri bawahannya. Melihat Majapahit yang semakin keropos ini, Adipati Kediri saat itu merasa bahwa inilah saatnya bagi Kediri sebagai kerajaan yang lebih tua dan keturunan syah dari Prabu Airlangga untuk mengambil alih kekuasaan dari Majapahit.

Akan tetapi, meskipun keadaan Majapahit saat itu sudah semakin lemah namun Majapahit masih terlalu kuat untuk dihadapi oleh Kediri seorang diri. Apalagi Kediri masih ragu apakah orang-orang di pesisir utara Jawa seperti Gresik, Lamongan, Tuban dan Surabaya yang telah banyak menganut Islam itu nantinya akan mendukung siapa, sedangkan merekalah saat itu yang mengatur urat nadi perdagangan di Nusantara, sehingga peran mereka nantinya tidak bisa disepelehkan.

Oleh karena itu maka Adipati Kediri berpikir bagaimana caranya untuk bisa menjalin koalisi dengan wilayah-wilayah yang ada di pesisir utara Jawa. Sampai suatu ketika dia mendengar kabar bahwa Adipati Lamongan saat itu, mempunyai dua orang putra kembar yang bernama Panji Laras dan Panji Liris. Karena diapun mempunyai dua orang putri kembar yang bernama Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi, maka dia berniat menikahkan kedua putri kembarnya dengan kedua putra kembar Adipati Lamongan sekaligus sebagai langkah awal untuk melakukan koalisi, sehingga bila dia bisa melakukan koalisi dengan Lamongan maka Majapahit bisa dikepung dari dua arah yaitu Kediri di Selatan dan Lamongan di Utara.

Posting Komentar untuk "Asal-Usul Nama Payaman, Palirangan dan Bango"