Widget HTML Atas


Perubahan Perilaku Melalui Ramadhan

Oleh: H. A. Zahri, S.H

    Puji dan syukur penuh perasaan gembira kita sanjungkan kehadirat Allah swt., Tuhan yang telah memanjangkan usia kita, sehingga kita dapat berjumpa dengan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat.

    Semoga amal kita di Ramadan ini diterima oleh-Nya dan kita senantiasa mendapat ridha-Nya. Amin.
Tujuan akhir (ultimite goal) dari semua ibadah, termasuk puasa adalah menuju taqwallah, sebagaimana firman Allah swt:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تتقُونَ [البقرة : 183]

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

والتقوى مأخوذة من وقى وقاية وهي أن تجعل بينك وبين عذاب الله عز وجل وقاية وهي الحاجز، وذلك بفعل الواجبات وترك المحرمات

Takwa secara harfiah diartikan menjaga diri/penjagaan dari azab Allah swt, menjalankan segala kewajiban, menjauhi semua larangan dan syubhat (perkara yang samar), selanjutnya melaksanakan perkara-perkara sunnah (mandub), serta menjauhi perkara-perkara yang makruh (dibenci).

قول الامام علي بن أبي طالب رضي الله عنهالتقوى هي الخوف من الجليل ، والعمل بالتنزيل ، والقناعة بالقليل ، والإستعداد ليوم الرحيل

 

Perkataan Ali bin Abi Thalib bahwa takwa adalah khawatir murka  Allah swt, mengamalkan al Qur’an, menerima pembagian dan mempersiapkan diri untuk hari perjalanan ke alam barzah.

Takwa berada dalam wilayah abstrak, ibarat energi lisrik dalam sistem mekanik, maka yang nampak adalah output dari energi tersebut. Lampu bisa menyala, mesin bisa berjalan, rice cooker bisa panas, kulkas bisa dingin dst. adalah karena ada energi listrik. Nabi mengatakan, “ Taqwa ada disini”, sambil beliau menunjuk ke arah dada tiga kali.

عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ...التقوى ههنا ويشير إلى صدره ثلاث مرات... صحيح مسلم - (4 / 1986)

    Yang nampak dari takwa adalah prilaku dari pemiliknya/ ‘penampakannya’, baik prilaku dalam hubunganya dengan Allah, dengan keluarga, maupun dalam hubunganya sesama manusia. Wal hasil, yang kasad mata dari mutaqun adalah sifat-sifat dan ciri-cirinya.

 

 

    Saat ini kita masih berada di awal Ramadan, maka mari kita meningkatkan kualitas ibadah Ramadan kita sehingga Ramadan dapat mengubah manset dan culturset /pola pikir dan tingkah laku kita keseharian. Prilaku dan karakter pribadi menjadi lebih baik, lebih taat kepada hukum dan syari’at Allah, lebih cinta ke mesjid, lebih rendah hati, lebih dermawan, dan sebagainya. Sayang jika puasa kita tidak mengubah kualiatas keislaman dan keimanan kita, ibadah Ramadan hanya dapat lapar dan dahaga serta lelah. Sabda Nabi saw:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاالْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ. سنن ابن ماجه.  (5 / 283)

Berapa banyak  orang yang berpuasa tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali lapar dan dahaga dan berapa banyak orang yang shalat malam tidak mendapakan dari shalatnya kecuali ngantuk

Bila kita formulasikan, kiranya ada  beberapa prilaku  mulia yang dibentuk melalui ibadah Ramadan, antara lain:

1. Jujur

    Jujur/benar, dalam bahasa Arab disebut Shidiq, artinya menyatakan sesuatu apa adanya, sesuai dengan kenyataan/fakta yang sebenarnya, tanpa ditambah dan dikurangi, tidak ada yang disembunyikan atau dimanipulasi. Prilaku jujur, artinya sejalan antara perkataan dengan perbuatan, pernyataan dengan kenyataan, omelan dengan amalan.

    Islam menuntun pemeluknya untuk berlaku jujur karena kejujuran akan membawa ketenangan jiwa pada pelakunya dan menciptakan suasana kondusif dalam kehidupan bermasyarakat. Sebuah masyarakat atau komunitas yang dibangun di atas prinsisp-prinsip kejujuran akan menjadi masyarakat/komunitas yang kuat, elegan, transparan dan maju.

    Sementara kebohongan akan membuat pelakukanya was-was, bimbang dan cemas serta menciptakan suasana yang destruktif manipulatif: saling curiga, menyalahkan dan tipu-menipu. Sebuah masyarakat/komunitas yang dibangun di atas kebohongan akan menjadi masyarakat/komunitas yang rapuh, penuh kepura-puraan dan kemunafikan. Sebuah kebohongan senantiasa akan melahirkan kebohongan baru untuk menutupi kebohongan yang telah dibuat sebelumnya, begitu seterusnya sehingga merupakan lingkaran setan atau setan yang melingkar. Rasulullah telah memberikan warning dalam sebuah sabdanya:

دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ-  سنن الترمذى-(9 / 433)

"Tinggalkan sesuatu yang meragukanmu dan kerjakan apa yang kamu tidak ragu-ragu. Sesungguhnya benar/jujur itu membawa ketenangan dan dusta membawa kepada kebimbangan."

    Jujur mudah kita katakan, namun sulit kita lakukan. Terlebih dalam sutuasi yang tidak kondusif untuk berbuat jujur. Penuh resiko, tekanan dan intimidasi, sehingga hanya orang – orang pilihan yang berani berkata jujur/benar. Hadits Nabi:

عن أبي ذر يا رسول الله زدني قال : قل الحق ولو كان مرًّا . صحيح ابن حبان - (2 / 213)

Berdasarkan hadits dari Abu Dzar. Wahai Rasulullah, tambahkanlah pelajaran untukku, Rasul bersabda, Katakan yang benar walau pahit rasanya”

  Salah satu media berlatih jujur adalah puasa. Puasa adalah sebuah latihan kejujuran secara komperehensif. Jujur terhadap diri sendiri, orang lain dan kepada Allah swt., karena puasa suaatu perbuatan yang tidak bisa dinampakkan. Apabila kita ingin sukses dalam banyak hal, maka kita harus selalu benar dan jujur, meskipun terkadang orang jujur tergusur dan diancam masuk liang kubur, tapi pada akhirnya do’anya akan terkabul dan hidup makmur.

2. Sabar

Ibadah puasa memberikan pelajaran yang berharga agar kita sabar meniti tahapan kehidupan, dengan  berlapar-lapar, berdahaga mulai terbit fajar hingga terbenam matahari.. Intinya kita dilatih sabar menjalani ketaatan meskipun aral melintang.

Sabar merupakan potensi diri untuk mengapai kesuksesan demi kesuksesan. Oleh karenanya dalam banyak ayat dan hadist, Allah dan rasul-Nya  mengharuskan adanya kesabaran dalam menjalani kehidupan.

يَا أَيهَا الَّذِينَ آمَنُوا استَعِينُوا بِالصَّبْرِ   وَالصَّلاةِ إِنَّ الله مَعَ الصَّابِرِينَ [البقرة : 153]

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Fakta di lapangan sering memperlihatkan betapa kita sebagai orang yang tidak sabar dan suka jalan pintas atau hal-hal yang instan. Indikasinya: korupsi merajalela, bahkan dilakukan dengan berjamaah dan terstruktur, baik di lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif bahkan di lembaga NGO/LSM. Pemalsuan tidak kalah marak, mulai pemalsuan uang, ijazah, obat-obatan, bahkan gigi palsupun  ikut dipalsu pula. Demikian pula pembajakan hak cipta/hak kekayaan intelektual: pembajakan buku, VCD dan karya seni yang lain. Belum lagi soal penyelundupan, illegal logging, illegal fishing dsb, telah merambah carut-marutnya negara kita.

Jalan pintas adalah prilaku yang tidak prosedural, tidak mengindahkan peraturan perundang-undangan dan hukum yang berlaku, bertentangan dengan norma kesusilaan, lebih-lebih dengan norma agama, Al Qur’an dan Assunnah. Bisakah latihan kesabaran pada bulan Ramadan membekas pada di kita dan menjadikan kita hidup lebih sabar

3. Empati  dan Solidaritas Sosial

Pelajaran yang paling minimal yang dapat dipetik dari Ramadan adalah lapar dan dahaga. Pelajaran lapar dan dahaga dimaksudkan untuk melahirkan rasa empati. Empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Rasa empati terhadap nasib orang lain yang menderita adalah salah satu pendidikan penting yang seharusnya didapatkan dari puasa ramadlan.

Dari Ramadan, kita belajar bahwa lapar dan dahaga itu tidak enak. Terbayang oleh kita saudara-saudara kita yang ditimpa musibah sehingga mereka tidak dapat makan dan minum senikmat kita. Masih banyak saudara kita yang meski telah berusaha, akan tetapi masih kesulitan mendapatkan kebutuhan pokoknya.

Aplikasinya dalam kehidupan di luar Ramadan ialah, bahwa kita harus mampu menahan diri untuk tidak selalu berorientasi pada kepentingannya sendiri. Orang harus mempunyai kesadaran, selain dirinya pasti ada orang lain. Kalau dirinya tidak mau menderita, maka ketika orang menderita seharusnya dapat merasakan penderitaan orang lain itu.

Bangsa ini seharusnya mempunyai empati yang kuat, sehingga dengan itu maka terjadilan kesetiakawanan diantara kita. Kalau tidak mau sakit, jangan tega melihat orang lain sakit. Dengan puasa ini kita tumbuhkan rasa empati yang kuat diantara kita. Tumbuh semangat gotong royong, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya menyantuni  yang papa dsb. Rasul bersabda:

..وَالله فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ ... صحيح مسلم - (8 / 71)

  Allah akan senantiasa menolong hambanya, selama hamba tersebut menolong saudaranya...”

Mampukah puasa yang kita jalani  mempertajam rasa empati dan solidaritas sosial kepada sesama, terutama kepada yang papa dan belum beruntung.

4. Arif/Dewasa

            Puasa yang dalam bahasa Arab disebut siam bermakna menahan diri. Menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang membatalkan puasa, bahkan yang tidak bermanfaat dan merusak diri sendiri dan orang lain.

Bila kita mampu  menahan diri, tidak cepat emosi, bertindak gegabah dsb, itu pertanda kita telah dewasa.. “Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan”, demikian salah satu bunyi iklan rokok. Sejalan dengan sabda Nabi saw :

وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : "ليس الشديد بالصرعة، إنما الشديد الذى يملك نفسه عند الغضب - متفق عليه .

Bukanlah orang kuat itu orang yang mempunyai kompetensi kecepatan penyerangan dalam peperangan, tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan diri.

            Kita berharap dengan ibadah Ramadan membuat kita semakin arif , dewasa dan bijak. Kita menjadi lebih waspada, bukan was-was; kita bersikap responsif, bukan reaktif; kita bicara yang penting, bukan yang penting bicara dan kita bisa merasa, bukan merasa bisa.

5. Kebersamaan/Kekompakan

            Selama Ramadan kita di-tarbiyah/di-edukasi oleh Allah untuk menjalani hidup secara berjamaah. Shalat berjamaah, tadarus al Qur’an bersama, iktikaf bersama, bahkan buka bersama. Kebersamaan selama Ramadan diharapkan dapat mempererat silaturrahim/silaturahmi: kekompakan, kegotongroyongan dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

            Ditambah lagi setelah Ramadan kita punya budaya halal-bihalal, yaitu saling menghalalkan, saling melepas ikatan, meluruskan yang kusut dan saling memaaafkan. Hal ini sesuai firman Allah swt.Surat Al-Ma'idah  ayat 2:

وَتعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتقْوَى وَلَا تعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

            Harapan kita semua, setelah Ramadan dan Idul Fitri hubungan kita menjadi lebih erat, lebih hangat dan harmonis.

    Wal hasil, diharapkan dengan puasa sebulan penuh, tidak lagi kita menjadi bulan-bulanan hawa nafsu kita dan setan. Atau bukan berarti setelah puasa sebulan, lalu nanti kita puas-puasin berbuat apa saja. Setelah berlalu musim berkah dan pahala, jangan lagi kita menjadi orang Islam yang “musiman”. Datang ke Masjid hanya ketika bulan puasa, tadarus al Quran setahun sekali dst. Jangan seperti itu. Semakin bertambah usia semakin betambah amal shaleh dan berkurang amal salah. Amiin.

Posting Komentar untuk "Perubahan Perilaku Melalui Ramadhan"