Perubahan Perilaku Melalui Ramadhan
Puji dan syukur penuh perasaan gembira kita sanjungkan kehadirat Allah swt., Tuhan yang telah memanjangkan usia kita, sehingga kita dapat berjumpa dengan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat.
Semoga amal kita di Ramadan ini diterima oleh-Nya dan kita senantiasa mendapat ridha-Nya. Amin.
Tujuan akhir (ultimite goal) dari semua ibadah, termasuk puasa adalah menuju taqwallah, sebagaimana firman Allah swt:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تتقُونَ
[البقرة
: 183]
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
والتقوى
مأخوذة من وقى وقاية وهي أن تجعل بينك وبين عذاب الله عز وجل وقاية وهي الحاجز،
وذلك بفعل الواجبات وترك المحرمات
Takwa secara harfiah diartikan menjaga
diri/penjagaan dari azab Allah swt, menjalankan segala kewajiban, menjauhi semua larangan dan syubhat (perkara
yang samar), selanjutnya melaksanakan perkara-perkara sunnah (mandub), serta
menjauhi perkara-perkara yang makruh (dibenci).
قول
الامام علي
بن أبي طالب رضي الله عنه: التقوى هي الخوف من الجليل ، والعمل
بالتنزيل ، والقناعة بالقليل
، والإستعداد ليوم الرحيل
Perkataan Ali bin Abi
Thalib bahwa takwa adalah khawatir murka Allah swt, mengamalkan al Qur’an, menerima pembagian dan mempersiapkan diri untuk hari perjalanan ke alam
barzah.
Takwa berada dalam wilayah
abstrak, ibarat energi lisrik dalam sistem mekanik, maka yang nampak adalah
output dari energi tersebut. Lampu bisa menyala, mesin bisa berjalan, rice
cooker bisa panas, kulkas bisa dingin dst. adalah karena ada energi
listrik. Nabi mengatakan, “ Taqwa ada disini”, sambil beliau menunjuk ke arah
dada tiga kali.
عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ...التقوى ههنا ويشير إلى صدره ثلاث مرات... صحيح
مسلم - (4 / 1986)
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ
صِيَامِهِ إِلاالْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ
السَّهَرُ. سنن ابن ماجه. (5 / 283)
Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan sesuatu
dari puasanya kecuali lapar dan dahaga dan berapa banyak orang yang shalat
malam tidak mendapakan dari shalatnya kecuali ngantuk
Bila kita formulasikan,
kiranya ada beberapa prilaku mulia yang dibentuk melalui ibadah Ramadan,
antara lain:
1. Jujur
دَعْ مَا يَرِيبُكَ
إِلَى مَا لا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ
رِيبَةٌ- سنن الترمذى-(9 / 433)
"Tinggalkan sesuatu yang meragukanmu dan kerjakan apa yang
kamu tidak ragu-ragu. Sesungguhnya benar/jujur itu membawa ketenangan
dan dusta membawa kepada kebimbangan."
عن أبي ذر … يا رسول الله زدني قال : قل الحق ولو كان
مرًّا . صحيح ابن حبان
- (2 / 213)
Berdasarkan hadits dari Abu
Dzar. Wahai Rasulullah,
tambahkanlah pelajaran untukku, Rasul bersabda, Katakan yang benar walau pahit rasanya
Salah satu media berlatih jujur adalah puasa. Puasa adalah sebuah latihan kejujuran secara komperehensif. Jujur terhadap diri sendiri, orang lain dan kepada Allah swt., karena puasa suaatu perbuatan yang tidak bisa dinampakkan. Apabila kita ingin sukses dalam banyak hal, maka kita harus selalu benar dan jujur, meskipun terkadang orang jujur tergusur dan diancam masuk liang kubur, tapi pada akhirnya do’anya akan terkabul dan hidup makmur.
2. Sabar
Ibadah puasa memberikan
pelajaran yang berharga agar kita sabar meniti tahapan kehidupan, dengan berlapar-lapar, berdahaga mulai terbit fajar
hingga terbenam matahari.. Intinya kita dilatih sabar menjalani ketaatan
meskipun aral melintang.
Sabar merupakan
potensi diri untuk mengapai kesuksesan demi kesuksesan. Oleh karenanya dalam
banyak ayat dan hadist, Allah dan rasul-Nya
mengharuskan adanya kesabaran dalam menjalani kehidupan.
يَا
أَيهَا الَّذِينَ آمَنُوا استَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ الله مَعَ الصَّابِرِينَ [البقرة : 153]
Hai orang-orang yang beriman,
mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan)
shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Fakta
di lapangan sering memperlihatkan betapa kita sebagai orang yang tidak sabar
dan suka jalan pintas atau hal-hal yang instan. Indikasinya: korupsi
merajalela, bahkan dilakukan dengan berjamaah dan terstruktur, baik di lembaga
legislatif, eksekutif maupun yudikatif bahkan di lembaga NGO/LSM. Pemalsuan
tidak kalah marak, mulai pemalsuan uang, ijazah, obat-obatan, bahkan gigi
palsupun ikut dipalsu pula. Demikian
pula pembajakan hak cipta/hak kekayaan intelektual: pembajakan buku, VCD dan karya
seni yang lain. Belum lagi soal penyelundupan, illegal logging, illegal fishing
dsb, telah merambah carut-marutnya negara kita.
Jalan
pintas adalah prilaku yang tidak prosedural, tidak mengindahkan peraturan
perundang-undangan dan hukum yang berlaku, bertentangan dengan norma
kesusilaan, lebih-lebih dengan norma agama, Al Qur’an dan Assunnah. Bisakah latihan kesabaran pada bulan Ramadan
membekas pada di kita dan menjadikan kita hidup lebih sabar
3. Empati dan
Solidaritas Sosial
Pelajaran yang paling minimal
yang dapat dipetik dari Ramadan adalah lapar dan dahaga. Pelajaran lapar dan
dahaga dimaksudkan untuk melahirkan rasa empati. Empati, yaitu merasakan apa
yang dirasakan orang lain. Rasa empati terhadap nasib orang lain yang menderita
adalah salah satu pendidikan penting yang seharusnya didapatkan dari puasa
ramadlan.
Dari Ramadan, kita belajar
bahwa lapar dan dahaga itu tidak enak. Terbayang oleh kita saudara-saudara kita
yang ditimpa musibah sehingga mereka tidak dapat makan dan minum senikmat kita.
Masih banyak saudara kita yang meski telah berusaha, akan tetapi masih
kesulitan mendapatkan kebutuhan pokoknya.
Aplikasinya dalam kehidupan di
luar Ramadan ialah, bahwa kita harus mampu menahan diri untuk tidak selalu
berorientasi pada kepentingannya sendiri. Orang harus mempunyai kesadaran,
selain dirinya pasti ada orang lain. Kalau dirinya tidak mau menderita, maka
ketika orang menderita seharusnya dapat merasakan penderitaan orang lain itu.
Bangsa ini seharusnya mempunyai
empati yang kuat, sehingga dengan itu maka terjadilan kesetiakawanan diantara
kita. Kalau tidak mau sakit, jangan tega melihat orang lain sakit. Dengan puasa
ini kita tumbuhkan rasa empati yang kuat diantara kita. Tumbuh semangat gotong royong,
yang kuat membantu yang lemah, yang kaya menyantuni yang papa dsb. Rasul bersabda:
..وَالله فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى
عَوْنِ أَخِيهِ ... صحيح مسلم - (8 / 71)
“ …Allah akan senantiasa menolong hambanya, selama hamba tersebut menolong
saudaranya...”
Mampukah puasa yang kita jalani mempertajam rasa empati dan solidaritas sosial
kepada sesama, terutama kepada yang papa dan belum beruntung.
4. Arif/Dewasa
Puasa
yang dalam bahasa Arab disebut siam bermakna menahan diri. Menahan diri untuk
tidak melakukan sesuatu yang membatalkan puasa, bahkan yang tidak bermanfaat
dan merusak diri sendiri dan orang lain.
Bila kita mampu
menahan diri, tidak cepat emosi,
bertindak gegabah dsb, itu pertanda kita telah dewasa.. “Menjadi tua itu
pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan”, demikian salah satu bunyi iklan
rokok. Sejalan dengan sabda Nabi saw :
وعن
أبي هريرة
رضي الله
عنه أن
رسول الله
صلى الله
عليه وسلم
قال
: "ليس الشديد بالصرعة،
إنما الشديد
الذى يملك
نفسه عند
الغضب
- متفق عليه
.
Bukanlah orang kuat itu orang
yang mempunyai kompetensi kecepatan penyerangan dalam peperangan, tetapi orang
kuat adalah orang yang dapat menahan diri.
Kita
berharap dengan ibadah Ramadan membuat kita semakin arif , dewasa dan bijak.
Kita menjadi lebih waspada, bukan was-was; kita bersikap responsif, bukan
reaktif; kita bicara yang penting, bukan yang penting bicara dan kita bisa
merasa, bukan merasa bisa.
5. Kebersamaan/Kekompakan
Selama Ramadan
kita di-tarbiyah/di-edukasi oleh Allah untuk menjalani hidup secara berjamaah.
Shalat berjamaah, tadarus al Qur’an bersama, iktikaf bersama, bahkan buka
bersama. Kebersamaan selama Ramadan diharapkan dapat mempererat
silaturrahim/silaturahmi: kekompakan, kegotongroyongan dan keharmonisan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ditambah
lagi setelah Ramadan kita punya budaya halal-bihalal, yaitu saling menghalalkan,
saling melepas ikatan, meluruskan yang kusut dan saling memaaafkan. Hal ini
sesuai firman Allah swt.Surat
Al-Ma'idah ayat 2:
وَتعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتقْوَى وَلَا تعَاوَنُوا
عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ
الْعِقَابِ
Harapan kita semua, setelah Ramadan
dan Idul Fitri hubungan kita menjadi lebih erat, lebih hangat dan harmonis.
Wal hasil, diharapkan dengan puasa sebulan penuh, tidak lagi kita menjadi bulan-bulanan hawa nafsu kita dan setan. Atau bukan berarti setelah puasa sebulan, lalu nanti kita puas-puasin berbuat apa saja. Setelah berlalu musim berkah dan pahala, jangan lagi kita menjadi orang Islam yang “musiman”. Datang ke Masjid hanya ketika bulan puasa, tadarus al Quran setahun sekali dst. Jangan seperti itu. Semakin bertambah usia semakin betambah amal shaleh dan berkurang amal salah. Amiin.
Posting Komentar untuk "Perubahan Perilaku Melalui Ramadhan"
Posting Komentar